Sunday, April 20, 2025

Berpikir dan Meracau Bagian 3: Gelembung

Saya ditugaskan untuk ikut pelatihan sebagai satgas pencegahan kekerasan seksual di kampus. Materi pelatihan yang kedua adalah tentang gender.

Di awal pertemuan diputar video tentang budaya patriarki dan toxic masculinity. Lalu masing - masing peserta diminta untuk menyampaikan pendapatnya terhadap hal tersebut. Saya bilang video yang ditampilkan sudah tidak relevan buat saya. Karena di lingkungan saya, baik di rumah, pekerjaan, maupun pertemanan, gender inequility itu sudah sangat samar. Laki - laki perempuan ya sama saja.

Saya dan suami sama - sama bekerja dan outsource urusan domestik ke para ahli. Pengasuhan anak - anak kami pegang berdua. Tidak ada kompromi soal itu. Anak berdua ya urus berdua. Walaupun sehari - hari mereka dengan pengasuh tapi grand design pengasuhannya kami sepakati bersama. Begitupun pengawasannya. Buat kami tak masalah mereka diasuh orang lain, yang penting perhatian kami tak berkurang.

Di tempat kerja, dari sisi posisi, pendidikan, maupun latar belakang, saya punya keuntungan, jadi saya tidak pernah merasa ada yang meremehkan saya. Kalaupun dengan orang yang jabatannya lebih tinggi dari saya, saya tidak pernah merasa tertekan atau terpaksa menuruti kehendaknya. I have my own voice. Saya bebas mengutarakan pendapat dan bertanya.

Saya memilih bekerja karena saya ingin bekerja. Suami saya sangat demokratis dan menghormati keputusan saya tentang hal - hal seperti ini. Dia dan saya bekerja sama menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional.

Tapi setelah saya pikir - pikir jawaban saya menunjukkan betapa entitled-nya saya. Saya jelas punya priviledge yang tidak dimiliki oleh semua orang dan saya tidak sadar mengenai hal tersebut. Padahal saya sering ngerasani orang - orang yang punya priviledge tapi menolak disebut punya priviledge. Mungkin seperti Putri Tanjung gitulah.

I'm living in the bubble. Dimana dunia saya sudah ideal sementara diluar ya belum tentu sama kondisinya. Padahal saya sendiri juga suka mengeluh, kenapa setelah ada anak - anak cuma hidup saya yang berubah, sementara suami nampaknya sama saja. Paling nggak dia bisa tidur kapan saja tanpa diganggu

Mungkin saya perlu lebih lihat kanan dan kiri.

***
***

Ditulis sebagai tulisan kedua Tantangan Blogging Level Up Mamah Gajah Ngeblog Periode Satu.

No comments:

Post a Comment