Dari 6 sekolah yang kami survey, kami memutuskan untuk mengikutkan anak kami untuk trial di 3 sekolah : Darul Hikam, Taman Pendidikan Firdaus Percikan Iman, dan Semi Palar. Ketiganya memiliki pro dan kontranya masing - masing. Tapi masih dalam range kami terkait feasibility dari sisi lokasi, biaya, dan program pendidikan.
Ketiga sekolah yang kami pilih setara dalam hal value for money, tapi masing - masing punya karakteristik sendiri. Satu sekolah besar yang populer dan sudah familiar bagi kami, satunya sekolah sederhana dengan kekeluargaan yang erat dan terasa hangat, satu lagi sekolah quirky yang tau maunya apa dan berani jadi beda. Lha ini sekolah apa geng SMA :')
Kami percaya ketiganya bisa memberikan pendidikan terbaik bagi anak kami. Apapun pro kontranya. Sekarang masalahnya tinggal kecocokan. Mana yang paling cocok untuk anak sulung kami tersayang. Untuk mengetahui mana yang cocok paling mudah ya dengan ikut trial. Ini ceritanya ya. Semoga bisa bermanfaat untuk yang sedang cari sekolah anak.
Trial TK Darul Hikam
Rangkaian penerimaan di sekolah ini berlangsung cukup awal. Penerimaan gelombang 1 mulai bulan November, selesai bulan Desember. Padahal masuknya baru Juli tahun depan :') Tapi namanya juga sekolah populer, wajar banyak peminatnya. Sepertinya kebanyakan pendaftar juga sudah sangat yakin memasukkan anaknya kesana.
Ada 4 tahap pendaftaran : open house, trial dan wawancara orang tua, webminar dan pengumuman penerimaan, lalu pendaftaran masuk. Semua dilaksanakan secara online.
Proses pendaftaran di sekolah ini sudah sangat terstruktur dan modern. Website yang mumpuni, sistem yang rapi, petugas yang tanggap. Seperti yang bisa diharapkan dari sekolah besar.
Open House
Open house TK ini dilakukan secara online di suatu hari Sabtu di bulan November. Ada sekitar 60 peserta di acara tersebut. Tema trial hari itu adalah kerajaan binatang.
Satu kata untuk acara ini : totalitas. Tidak mudah menarik perhatian anak - anak, apalagi secara online. Terlihat konsep acaranya dipikirkan baik - baik agar bisa semenarik mungkin. Guru - guru yang memandu acara ini semua memakai baju dan make up bertema binatang. Ada yang jadi panda, harimau, dan sebagainya. Totalitas kan?
Sebagian besar anak - anak terlihat cukup menikmati acara tersebut. Antusias menanggapi sapaan yang dilontarkan, mengikuti ajakan yang diberikan pembawa acara, hingga mendengarkan dongeng yang disampaikan oleh pendongeng profesional yang diundang untuk mengisi acara.
Sayangnya, walaupun acaranya cukup niat, si sulung termasuk sebagian kecil anak yang tidak bisa menikmati suguhan yang diberikan. Dia memang tidak begitu suka kalau diajak gerak badan terstruktur seperti senam, tari, dan sebagainya. Apalagi temanya binatang, tema yang dia tidak begitu tertarik. Semakin dia dibujuk untuk ikut, semakin dia kabur. Akhirnya menghabiskan waktu dengan lompat - lompat dan guling - guling di kasur.
Tapi kami tidak terlalu ambil pusing. Dari testimoni teman - teman yang anaknya sekolah di sana dan pengalaman pribadi saat daycare, sekolahnya cukup nyaman dan menyenangkan. Hanya saja memang pertemuan secara online ini agak menghambat penerimaan anak, terutama anak saya, tentang sekolah yang menyenangkan. Karena buat dia aktivitas online itu kurang menarik dan menyenangkan. Kecuali nonton Youtube dan Netflix 😅
Drama Mbarep ikut Open House Darul Hikam. Kabur-kaburan sama sambil rusuh berantakin kamar. Terakhir Bapaknya harus menasehati sedemikian rupa sampai dia mau coba bikin-bikin.
Trial dan Wawancara Orang Tua
Tak berapa lama setelah open house, kami diundang untuk mengikuti trial dan wawancara, yang juga dilakukan secara online. Drama terjadi saat trial, dimana pada awalnyaMbarep menolak dengan sekuat tenaga untuk ikutan. Pakai nangis - nangis segala. Untung saat itu weekend jadi orang tuanya masih bisa waras.
Setelah dibujuk - bujuk dengan berbagai alasan, mulai dari yang rasional sampai setengah ancaman 😆 , akhirnya mau juga dia duduk di meja belajarnya, menghadap layar tablet, dan mengikuti instruksi guru. Termasuk ikutan nyanyi walaupun cuma mau pelan - pelan seperti bisik - bisik. Sesi gerak badan tetap dia bergeming. Tidak mau ikutan. Nggak papa nggak masalah.
Trial sekolah begini, apalagi online, memang bikin orang tua deg - degan, karena tidak tau kelakuan atau celetukan apa yang akan dibuat anak - anak. Momen awkward terkadang tidak bisa dihindari. Seperti ketika guru bertanya lagu apa yang disukai dan seorang anak menjawab lagu Blackpink 😆 Gurunya terlihat jelas bingung harus menanggapi seperti apa, tapi dengan profesional hanya berkat "oh Bu Guru belum tau lagu Blackpink itu seperti apa", lalu mengalihkan topik.
Setelah trial, kegiatan langsung dilanjutkan dengan sesi wawancara orang tua dengan panitia penerimaan. Giliran Bapaknya yang ikutan.Tadinya mau berdua, tapi tidak dimungkinkan dengan 2 anak berkeliaran. Akhirnya bagi tugas. Saya angon bocah, Bapaknya ikutan wawancara. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan cukup standar. Kebiasaan anak di rumah, kesukaannya, tumbuh kembangnya, dan sebagainya.
Setelah trial, kegiatan langsung dilanjutkan dengan sesi wawancara orang tua dengan panitia penerimaan. Giliran Bapaknya yang ikutan.Tadinya mau berdua, tapi tidak dimungkinkan dengan 2 anak berkeliaran. Akhirnya bagi tugas. Saya angon bocah, Bapaknya ikutan wawancara. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan cukup standar. Kebiasaan anak di rumah, kesukaannya, tumbuh kembangnya, dan sebagainya.
Wawancara berlangsung cukup lancar. Mbarep bahkan bersedia dipanggil dan menjelaskan mengenai hal - hal kesukaannya. Robot, perang, game. Saat ditanya apa dia mau sekolah disana dia hanya mengangkat bahu. Artinya dia indifferent. Terserah ayah ibu saja.
Webminar, Pengumuman Kelulusan, dan Pendaftaran Ulang
Sekitar 2 minggu setelah trial dan wawancara, sekitar awal Desember, kami diundang untuk ikut webminar penjelasan mengenai sekolah Darul Hikam. Agak kebalik sebetulnya ya. Kenapa setelah ikut proses seleksi baru dijelaskan tentang program. Tapi nggak papalah, nggak masalah haha. Kan belum tau diterima atau tidak dan apa mau lanjut mendaftar atau tidak.
Saya ikut webminar tersebut tapi sejujurnya tidak begitu mendengarkan, karena pelaksanaannya berbarengan dengan rapat kerja yang berentetan di akhir tahun. Pokoknya setelahnya di website penerimaan siswa baru, Mbarep dinyatakan diterima di TK B dan dipersilahkan melakukan daftar ulang.
Pendaftaran ulang hanya berlangsung 1 minggu. Setelah berdiskusi kami memutuskan untuk mendaftar saja dulu dengan membayar biaya pendaftaran. Tapi untuk biaya lainnya, terutama uang pangkal, kami mohon izin agar bisa melakukan penundaan sampai awal Maret, karena akan mencoba alternatif sekolah lainnya.
Trial TK Taman Pendidikan Firdaus Percikan Iman
Mbarep cukup excited mengikuti trial sekolah ini karena dilakukan secara offline. Suatu hari kerja, di bulan Desember, dia diantar ayahnya ke sekolah itu untuk trial. Saya tidak ikut mengantar karena kebetulan kerjaan sedang tidak bisa ditinggal. Akhir tahun memang cenderung rusuh.
Ayahnya juga tidak bisa menunggui di sekolah karena ada sedikit urusan di kota. Jadi Mbarep langsung ditinggal sendirian. Terlihat agak tega ya 😆 Tapi anaknya santai saja kayaknya. Haha. Trial berlangsung selama 2 jam dan dilakukan bercampur dengan peserta kelas biasa.
Setelah jam trial selesai saya mendapatkan telepon dari sekolah yang bilang kalau Mbarep belum dijemput dan ayahnya belum datang lagi. Saya telepon - telepon suami tidak diangkat. Setelah 15 menit tidak berhasil menelepon, dan pihak sekolah sudah mengirimkan pesan lagi, saya memutuskan untuk menjemput Mbarep pakai ojek online. Tapi entah kenapa siang itu, tidak ada satupun yang mau menerima pesanan saya.
Sejenak panik, sampai akhirnya muncul pesan dari sekolah. Mengabarkan Mbarep sudah dijemput ayahnya. 20 menit setelah trial berakhir. Setelah mereka berdua sampai rumah, suami cerita kalau ternyata perkiraan dia salah, perjalanan yang dia kira memerlukan waktu 20 menit ternyata molor jadi 40 menit karena jalanan macet.
Mungkin karena sudah suasana akhir tahun. Orang - orang yang akan liburan sudah mulai berdatangan ke Bandung. Saya tanya Mbarep takut nggak tadi belum dijemput ayahnya? kata dia nggak biasa saja. "Aku main - main saja sama teman". Baiklah. The blessing in disguise dari punya anak cuek bebek 😂
Selesai trial langsung diberikan hasil assessment dan dipersilahkan untuk melakukan pendaftaran di TK B.
Simple kan ya sekolahnya 😆
Simple kan ya sekolahnya 😆
Dikirim oleh ibu guru di sekolah setelah trial.
No comments:
Post a Comment