Seorang pangeran tinggal di sebuah menara gading di pinggir samudera. Semua orang menganggapnya istimewa karena tinggal di tempat yang begitu kokoh dan tinggi. Setiap hari sang pangeran memandang langit bertabur bintang dari balik jendelanya. Selalu mengagumi keindahannya. Tak pernah ia tau tentang ombak yang bergulung di dasar menara. Juga angin kencang yang setiap hari menerpa. Karena dirinya aman dibalik lindungan menara gadingnya.
Suatu hari sang Raja, ayah pangeran tersebut, memintanya untuk mengarungi samudera. Mencari kitab ilmu yang tersimpan di suatu pulau nun jauh disana. Raja memberinya kapal yang tangguh. Perbekalan yang cukup. Juga berbagai senjata untuk melindungi diri dari musuh. Kemudian menyerahkan kemudi kapal untuk sang pangeran kendalikan sendiri.
Sang pangeran berangkat dengan percaya diri. Yakin dengan pengetahuan akan rasi bintang yang Ia miliki, Ia bisa menavigasi kapal dengan baik. Sampai ketujuan
Terkejutlah Ia di malam pertama ketika ombak pasang menerpa. Angin kencang meniup kapalnya tanpa terkendali. Langit mendung menutupi rasi bintang yang Ia andalkan, hingga tak tahu lagi kemana Ia harus mengarahkan kapalnya. Belum lagi bayangan monster laut yang mengintai dari kedalaman. Membuatnya sedikit demi sedikit kehilangan keberanian.
Tak pernah Ia merasa setakut ini, saat seumur hidupnya selalu merasa terlindungi. Dibalik menara gading yang tinggi. Oleh ayahnya yang gagah berani dan ibunya yang baik hati.
Terombang ambing sang pangeran kehilangan arah. Terseret arus dan tertiup angin tanpa bisa mempertahankan diri. Sekian lama berlayar tanpa tujuan, bekalnya pun habis. Begitupun dengan senjata yang semestinya digunakan untuk melindungi diri. Padahal monster laut terus mengancam.
Tahu senjata sang pangeran habis, monster laut muncul ke permukaan. Menarik kapal tersebut pelan - pelan ke dalam kegelapan. Sang Pangeran yang sudah sangat kebingungan tidak melawan, hingga akhirnya kapalnya karam. Di dasar samudera terdalam, dengan segala muatannya.
Raja mengira putranya telah sampai dengan selamat ketujuannya. Tak pernah terlintas di benaknya, putranya tak sanggup menghadapi dunia diluar sana. Dunia yang hanya pernah Ia lihat dari balik jendela.
No comments:
Post a Comment