Awal pandemi tahun 2020, kami iseng membeli voucher hotel Eastparc Yogyakarta. Saat itu memang banyak hotel mencoba mencari pemasukan dengan menjual voucher staycation berharga murah dengan periode masa berlaku lama.
Tahun 2021 pun tiba. Berjuta kabar dan kejadian kemudian, walaupun belum terlihat tanda - tanda pandemi akan berakhir, tapi awal bulan Juni 2021 situasi nampak cukup kondusif. Kami memutuskan untuk memanfaatkan voucher hotel yang kami punya untuk plesir ke Yogyakarta. Niatnya sekaligus mengurus beberapa hal yang tertunda di Semarang.
Day 1 - Prambanan
Dan Mall Hartono.
Saya selalu suka candi Prambanan. Mungkin karena kisahnya menarik dan arsitekturnya cantik. Secara ambisius saya ingin mengajak anak - anak saya kesini agar mereka bisa melihat kejayaan Nusantara di masa lampau. Dalam bayangan saya mereka akan melontarkan pertanyaan - pertanyaan jenius mengenai kebudayaan, yang bisa saya jadikan caption untuk status WA (soalnya saya tidak punya Instagram).
Naik kereta mini dan main VR Dinosaurus. Upaya yang dilakukan untuk menghibur bocah yang cranky.
Tentu saja itu hanya harapan semu belaka, karena balita adalah balita. Apalagi balita yang seumur hidup tinggal di Bandung utara dan tetiba menemukan dirinya ada di bawah matahari Yogyakarta yang sengit. Seperti ngajak berantem panas dan silaunya.
Maka 5 menit sampai di pelataran candi, keluhan - keluhan pun mulai muncul. Si sulung, yang punya masalah sensori, ribut dengan pasir yang masuk ke sandalnya dan akhirnya minta digendong saja. Si bungsu, yang tidak pernah nyaman dengan udara panas, menolak sedikitpun beranjak dari sudut pelataran candi yang tertutup bayangan.
Saya yakin Roro Jonggrang pasti senyum - senyum sendiri melihat semua hal ini. Karena kerja keras Badung Bondowoso sangat tidak diapresiasi.
Setelah sejuta rengekan diselingi tangisan, yang tidak mempan dilawan dengan bujukan, rayuan, janji manis, dan nasihat kesabaran, kami menyerah juga untuk menghayati kompleks seribu candi yang konon dibangun dalam semalam ini, dan memutuskan secepatnya pergi ke tempat ber AC saja sambil cari makan. Pilihan jatuh ke mall paling hip di Yogya. Mall Hartono.
Lupakan gudeg, sate klathak, dan semua sajian khas Yogya. Hari pertama kami makan di Ta-Wan saja.
Day 2 - Eastparc Swimming Pool, Abhayagiri Restaurant, dan Tempo Gelato
Puas Berenang di Eastparc
Anak - anak saya, seperti ayahnya, hobi berenang. Karena itu, pagi di hari kedua, sengaja kami dedikasikan untuk menikmati kolam renang hotel. Kolam renang Eastparc memang menarik. Si sulung puas main perosotan, sementara si bungsu puas ngapung. Karena dia baru bisa ngapung. Setelahnya bungsu menghabiskan waktu dengan berjemur di pinggir kolam, sementara masnya sibuk belajar menyelam dengan ayahnya.
Ada kolam kecil dengan banyak seluncuran. Ada kolam besar yang cukup untuk berenang serius. Paling asyik penjaganya super attentive dan helpful.
Menikmati Mendung nan Syahdu di Abhayagiri Restaurant
Siangnya kami memutuskan untuk mencoba salah satu tempat yang instagramable. Sebetulnya niat awal kami ingin ke Ulan Sentalu, tapi ternyata masih tutup karena pandemi, jadi kami ubah haluan ke Abhayagiri Restaurant di daerah Sleman.
Restoran yang terletak di komplek Sumberwatu Heritage Resort ini berkonsep fine family dining. Saat masuk kami disambut oleh petugas resepsionis di ruangan yang lebih mirip lobby boutique hotel ketimbang restoran. Disana kami diminta untuk langsung memilih menu makanan dengan total harga sejumlah minimum pembelian. Mungkin menghindari pengunjung yang beramai datang hanya ingin berswafoto dan cuma beli es teh.
Area restoran ini cukup luas dan terbagi menjadi beberapa tempat untuk makan. Kami memilih tempat di joglo yang ada di bagian belakang.
Saat kami kesana, restorannya kosong. Hanya ada kami sekeluarga. Berasa milik sendiri deh. Anak - anak bebas berlarian di halaman yang lapang. Ada perosotan kecil juga, jadi lumayan mereka bisa sejenak anteng main sementara kami menikmati pemandangan.
Restoran ini memang pantas untuk jadi tempat makan populer di Yogyakarta. Terletak di lereng bukit dengan pemandangan lepas ke arah gunung Merapi. Siluet Candi Prambanan terlihat juga di kejauhan. Suasananya hening dan syahdu. Mungkin karena sepi dan saat saya di sana sedang mendung.
Pilihan makanannya sedikit tapi cukup beragam. Ada menu lokal dan western. Makanannya tidak terlalu aneh - aneh. Mungkin karena yang dicari memang suasana bukan gourmet. Kami pilih menu tradisional karena ingin tahu seperti apa makanan yang bakal muncul. Surprisingly makanan yang disajikan cukup otentik bukan fusion.
Rasa semua makanannya light. Termasuk empal gentong yang kami pesan untuk anak - anak. Tidak sekental dan seberminyak empal gentong asli yang pernah kami makan di Cirebon. Bumbunya on point, terasa jelas dipikirkan baik - baik agar tetap bercita rasa asli namun tidak overwhelming. Porsinya pas. Tidak sesedikit fine dining tapi tidak sebanyak restoran biasa. Harganya tergolong mahal untuk ukuran Yogya.Tapi tetap masih jauh lebih murah daripada Jakarta dan sekitarnya.
Tempo Gelato Bikin Iri
Pulang dari Abhayagiri hujan deras mengguyur daerah Yogyakarta. Kami memutuskan untuk putar - putar kota saja melewati berbagai landmark seperti Monumen Jogja Kembali, Monumen Tugu Yogya, Keraton, Maliboro, Istana Taman Sari, Alun - Alun, dan Benteng Vredeburg. Lewat saja tidak mampir. Karena mampir ke banyak tempat wisata sambil bawa anak - anak adalah sebuah kenircayaan buat saya.
Setelah puas putar - putar, kami mampir ke salah satu tempat jajan kekinian : Tempo Gelato. Saya lupa tapi kami mampir yang di cabang mana. Kemampuan geo spasial saya agak kurang memang.
Tempo Gelato berhasil membuat saya iri dengan orang yang tinggal di Yogyakarta. Karena di Bandung tidak ada gelato yang seenak, sevariatif, dan semurah itu. Rasanya tidak kalah dengan Gelato Giolitti di Roma sana. Oke mungkin berlebihan. Tapi serius enak banget. Tempatnya nyaman. Porsinya juga melimpah untuk harga yang terjangkau. Pantas saat kami kesana tempat ini penuh dan antrian mengular. Kalau penjual gelato ini ada di Bandung, saya juga mungkin bakal mampir setiap saat.
Tempo Gelato berhasil membuat saya iri dengan orang yang tinggal di Yogyakarta. Karena di Bandung tidak ada gelato yang seenak, sevariatif, dan semurah itu. Rasanya tidak kalah dengan Gelato Giolitti di Roma sana. Oke mungkin berlebihan. Tapi serius enak banget. Tempatnya nyaman. Porsinya juga melimpah untuk harga yang terjangkau. Pantas saat kami kesana tempat ini penuh dan antrian mengular. Kalau penjual gelato ini ada di Bandung, saya juga mungkin bakal mampir setiap saat.
Kiri Tempo Gelato Yogya, Kanan Giolitti Di Roma. Sama antrinya. Sama enaknya.
Day 3 - Eastparc Mini Theme Park, Borobudur, dan Stupa Restaurant
Puas Main di Eastparc Mini Theme Park
Kami mengawali hari ketiga dengan menemani anak - anak bermain di wahana bermain yang ada di Eastparc. Hotel ini memang menawarkan taman bermain dengan berbagai fasilitas yang sangat mengasyikkan untuk anak - anak, seperti ATV, stasiun berkuda, stasiun outbond, waterpark, kebun binatang mini, serta stasiun sepeda dan scooter. Semua dapat dinikmati oleh tamu yang menginap secara gratis.
Anak sulung saya yang kala itu masih umur 4 tahun, belum cukup umur untuk menaiki beberapa wahana di taman bermain. Tapi dia cukup menikmati wahana yang bisa dia naiki. Terutama water park. Karena dia pecinta air. Sampai hampir 3 jam dia main disana.
Hari terakhir sempat menemani sulung main ATV. Ternyata memang aku sudah tak bisa hidup tanpa power steering.
Sementara itu, anak bungsu saya, belum bisa menikmati taman bermain tersebut, karena belum mengerti. Plus disana ada banyak orang. Hal menakutkan untuk bayi pandemi. Alih - alih gembira dia jadi cranky. Akhirnya kami melipir ke playground yang lebih sepi. Puas dia main perosotan dan ayunan. Overall happy. Apalagi bisa ditemani ibunya, sendiri saja tanpa harus bagi - bagi sama masnya.
Sekilas Candi Borobudur
Siangnya kami pergi ke Magelang untuk menyambangi candi Borobudur. Saya menyewa mobil dengan supir via Traveloka supaya kami tidak perlu menyetir sendiri. Jompo habis menemani anak main berjam - jam.
Pengunjung Borobudur ternyata tidak diperkenankan lagi menaiki candi. Ada yang bilang karena pandemi, tapi ada rumor juga yang menyebutkan kalau larangan tersebut untuk menjaga kondisi candi agar tidak semakin rusak. Konon ornamen relief yang ada di candi Budha terbesar di dunia ini banyak yang sudah semakin memudar dan menipis karena sering dipegang pegang oleh pengunjung.
Tak masalah tidak bisa ke atas candi. Kami sudah cukup puas mengitari pinggirannya saja. Lagian pegel juga kayaknya naik Borobudur sambil gendong anak.
Hal yang membuat saya kagum, kawasan wisata Borobudur sekarang ternyata sudah tertata dengan sangat baik. Taman - tamannya bersih, luas, dengan rumput hijau yang terpotong rapi. Tak kalah dengan taman - taman yang ada di luar negeri. Sungguh mengundang sekali untuk dijadikan lokasi piknik. Sayangnya kami tidak tahu tentang hal ini, jadi sampai sana hari sudah beranjak sore dan mendekati jam tutup kawasan Borobudur. Jam operasional tempat wisata memang masih terbatas saat itu.
Menikmati Senja di Stupa Restaurant
Dari Borobudur, kami menuju ke Stupa Restaurant yang ada di kawasan Resort Plataran Heritage Borobudur. Letak restoran ini agak terpencil, dikelilingi oleh area persawahan. Kecil saja tempat makannya. Tapi lagi - lagi kami cukup beruntung karena saat kami disana tidak ada pengunjung lainnya.
Stupa Restaurant ini hanya menjual menu masakan Indonesia. Harganya sepadan dengan makanannya. Penyajiannya fancy, rasanya juga. Eskalasi dari masakan tradisional biasa. Berada di tengah - tengah daerah pedesaan, suasana restoran ini mendukung sekali untuk makan santai, sejenak melipir dari kesibukan perkotaan.
Kalau saja tidak sibuk mengejar bocah kesana kemari, saya pasti betah duduk lama disana. Perlahan menikmati ikan bakar pesanan, menyesap dagingnya sampai ke tulang - tulang, lalu mengakhiri santapan dengan menyeruput teh nasgitel yang disajikan. Semua sambil menikmati pemandangan sawah yang sederhana tapi sekarang terasa sangat mewah.
Penutup
Liburan dengan combo balita sudah tentu sangat berbeda dengan liburan - liburan yang saya jalani berdua saja dengan suami. Dimana kami bisa menghabiskan hari berjalan kaki berkilo kilo meter dan masuk semua tempat serta atraksi yang ada. Dengan balita, ekspektasi harus sangat diturunkan.
Walaupun begitu kami merasa sangat bersyukur karena di tengah segala keterbatasan karena pandemi masih sempat liburan dengan cukup nyaman. Tentu protokol kesehatan sangat kami jaga. Demi diri sendiri dan orang lain.
Semoga tahun depan situasi semakin membaik dan kita bisa geret koper entah kemana lagi. Amin.
Semoga tahun depan situasi semakin membaik dan kita bisa geret koper entah kemana lagi. Amin.
Waww senang ya jalan-jalan ke Jogja Teeh,,, duh pingin ke Tempo Gelato😄
ReplyDeleteRestu, seru banget cerita Yogya-nya, aku jadi pengen ke Yogya lho. Kalau kata temenku, perlu liburan sendiri (me time) setelah liburan sama balita :).
ReplyDeleteTempo Gelato ini emang lagi happening banget ya, penasaran deh pengen nyoba. Lihat temen-temen yang ke Yogya juga pada mampir kesini dan bilang enak.
Amin, semoga tahun depan situasi makin membaik ya.
Ahahahaha Restuuu. Yang bagian ekspektasi di Candi Prambanan epic, duo junior belum suka dengan wisata historis, jadi malah tidak ingin nanya-nanya ke Mama Papanya. Sabar ya Restu, beberapa tahun lagi, kalau anak-anak sudah memasuki usia minimal 8 atau 10 tahun-an, sudah mulai memahami bangunan bersejarah dan akan menarik hatinya.
ReplyDeleteTerakhir saya ke Borobudur tahun 2019, waktu itu masiy boleh naik, dan memang saya lihat ada beberapa pengunjung yang jelas-jelas melanggar aturan, seperti menaiki stupa misalnya, banyak. Dan, hal klasik seperti membuang sampah sembarangan. Owalaah. Mungkin akumulasi perilaku seperti ini ya yang membuat Candi Borobudur sekarang sudah tidak boleh dinaiki. Kesadaran (sebagian) masyarakat semoga makin meningkat seiring berjalannya waktu.
Ehehehehe, iya ya Restu, jarang anak-anak yang doyan dengan makanan tradisional, memilihnya yang ala TaWan saja ehehehe.
Beberapa tahun lagi, liburan bersama lagi ke sini, Restu, pasti anak-anak sudah mau dan manut diajakin ke area favorit mama papanya. Semoga ehehe :)
Memang beda ya liburan sama anak2, tapi syukurlah paska H1 sepertinya enjoyable juga liburannya. Aku belum pernah juga nih ke Jogja
ReplyDeleteSeruuuuu. Cita-cita banget teh roadtrip ke Yogya, tapi belum sanggup. Takut rempong sama dua balita, tapi baca cerita teh Restu jadi kebayang dan senyum-senyum sendiri. Sedihnya ya kalau bener di Borobudur makin menipis lapisan arcanya. Semoga pandemi semakin membaik pengen jalan jalan juga hehehe
ReplyDeletewah baru tau sekarang nggak boleh naik ke candi borobudur lagi, tapi ya udah pernah juga bawa si bungsu di gendongan sampai ke atas dan rasanya gemporrr ehehehe..
ReplyDeletemudah2an makin baik penataannya dan bisa membuat jdi tujuan wisata yang menyenangkan kalau liburan ke jogja
Keren banget ya liburan di Indonesia sekarang. Kalau ingat Jogja ingatnya si Kak Risna di atas ini karena pernah liburan bareng ke sana hihihi..
DeleteAku sempat bingung dengan kalimat Dan Mall Hartono di atas... ini tuh maksudnya nama suaminya Teh Restu atau apa.. sampai harus google dulu hihihi. Lucu banget nama Mallnya nama orang gitu.. aku punya teman nama keluarganya Hartono, hmmh jangan2 pemilik mallnya hihihi
Cita2 suami nih roadtrip ke Jogja bawa anak2. Tp belum saya acc kalau roadtrip karna sy belum merasa sanggup megangin anak2 di mobil lama2 (maklum sayanya mabokan, anak sy ga bs diem di mobil, hahaa). Tp jogja tuh emang selalu seru ya kayanyaa.. Someday pengen sih ke sana terutama kalau anak2 sdh lebih besar spy ga rempong dan merekapun ngerti kalau diajak wisata sejarah gitu.
ReplyDeleteasyiknya nih yang jalan-jalan ke yogya.
ReplyDeletebalita adalah balita betul banget teh ...
oya mupeng itu Abhayagiri Restaurant, semoga pas ke yogya bisa mampir di sini
salam jalan-jalan
Kesimpulan tempat wisata favorit dengan 2 bocil: di hotel saja.hihihi
ReplyDeleteHalo Mbak. Seru banget catatan perjalanannya, saya senyum-senyum sendiri tengah malam karena tulisan yang humoris. Dan juga saya harus mengambil pelajaran untuk menurunkan ekspektasi kalau jalan-jalan jauh bawa balita (karena belum pernah). Yogyakarta selalu menyenangjan dan bikin kangen, dan dua restoran yang diceritakan Mbak nambah to-go-list saya kalau jalan-jalan lagi ke sana.
ReplyDeleteSenang sekali membacanya. Kapan ke jogja lagi, kabar2i ya. Ada saya di jogja
ReplyDeleteSelalu suka baca tulisan Teh Restu penyajian fotonya juga kreatif euy. Jadi kangen dan kabita jalan2 di Yogya~
ReplyDelete