Little sister got married, and I was asked to give her some kind of "pesan pernikahan". Here what I had wrote and read at "pengajian" before her wedding day.
Teruntuk Ririn Restu Adiati
Duplikat babeh.
Ingon-ingon ibu.
Adikku satu satunya.
The baby of our family.
Dua hari lagi insyaallah bahtera rumah
tanggamu akan berangkat berlayar. Diiringi doa dari segenap keluarga dan semua
orang yang mengenalmu. Perjalanan panjang telah menanti.
Semoga perjalananmu nanti dipenuhi
hari-hari yang menyenangkan. Mengalun bersama
ombak yang lembut, bermandikan sinar mentari kala siang dan berhiaskan kerlip
bintang saat malam. Sejuk terbelai angin sepoi-sepoi. Namun jikalau ada saatnya
awan mendung bergelanyut atau derasnya rintik hujan membuat kapalmu
terombang-ambing, tetaplah tenang. Setelah badai selalu ada hari terang.
Hari ini aku diberi kesempatan untuk
memberimu nasihat perkawinan. Sebenarnya aku merasa sedikit hal ini sedikit
konyol, mengingat pernikahanku sendiripun masih seumur jagung. Tapi tak apalah,
bagaimanapun aku sudah terlebih dahulu memasuki kehidupan ini. Sehingga sedikit banyak ada juga hal-hal yang
sudah aku pelajari dan bisa aku bagi. Anggaplah sebagai catatan pengingat.
Untukku dan untukmu.
Inilah nasehatku.
Dalam mengarungi kehidupan rumah tanggamu
kelak, aku harap kau akan tetap berpegang teguh pada Pancasila. Aku tidak
bercanda. Betul. Pancasila. Tak pernah terpikirkan sebelumnya kan bahwa dasar negara
kita tersebut bisa juga dijadikan prinsip dalam membina rumah tangga. Padahal
sesungguhnya sebuah negara juga adalah rumah tangga. Tapi sudahlah, tidak perlu
dibahas terlalu dalam bagaimana aku bisa menghubungkan Pancasila dengan
kehidupan rumah tangga. Toh ini hanya perumpamaan awam saja.
Pertama, ingatlah selalu Allah SWT. Tuhan
yang Maha Esa. Janji pernikahanmu dimulai dengan nama-Nya yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Oleh karena itu sudah sewajarnya Dia ada di setiap
langkahmu. Kerjakan kewajibanmu, tunaikan tugasmu. Karena Allah-lah
satu-satunya yang akan selalu ada di semua susah dan senang kehidupan kalian
berdua.
Kedua, jadilah manusia yang berperilaku
baik dan beradab dimanapun kau berada. Karena seperti yang selalu diajarkan dan
dicontohkan bapak ibu kita, berbuat baik tidak pernah ada ruginya. Apalagi teori
ladang amal yang sudah kita buktikan keampuhannya, juga berdasar pada itikad
baik kepada orang-orang terdekat yang membutuhkan.
Ketiga. Utamakan persatuan. Jangan biarkan
siapapun atau sesuatu apapun menjauhkan kalian berdua satu dengan lainnya.
Terutama materi. Karena benar apa yang
dikatakan orang-orang bijak, uang bisa selalu dicari, tetapi kebahagiaan dan
ketenangan tidak akan pernah bisa dibeli. Mungkin ada saatnya kalian akan
terpisah jarak dan waktu karena tuntutan pekerjaan yang harus dipenuhi. Tapi
selalu ingat bahwa tujuan kalian melaksanakan semua pekerjaan itu adalah untuk mengarungi
hidup berdua. Oleh karena itu manfaatkan waktu yang kalian miliki berdua
sebaik-baiknya. Ingatlah tidak semua orang mampu pulang kerumah dengan hati
lapang dan disambut dengan senyuman hangat, serta ribuan ciuman dan pelukan.
Bersyukurlah.
Keempat, utamakan musyawarah mufakat dalam
membuat keputusan. Kita mewarisi gen yang sama, untuk itu aku tahu betapa
sulitnya menerima pendapat orang lain. Apalagi pendapat tersebut bertentangan
dengan keinginan kita. Bukan orang lain saja yang kena getahnya, bahkan suami
yang sepatutnya diturutipun seringkali ikut jadi korban kengeyelan. Padahal musyawarah
penting agar tujuan yang terbaik tercapai dengan cara yang damai. Oleh karena
itu belajarlah untuk lebih melebarkan toleransi, mendengarkan pendapat orang
dan bersabar.
Yang Kelima dan terakhir, bersikap adilah
pada kedua orang tua. Baik bapak ibu maupun bapak ibu mertua. Jangan sekalipun
membedakan. Ingatlah selalu keduanya dan berbuat baiklah. Karena doa dan ridho mereka
mantra utama pengantar bahtera rumah tangga kalian untuk mampu melewati
berbagai macam penghalang.
Begitulah nasehat pernikahan dariku. Semoga
kita berdua bisa mengingatnya selalu.
Selamat menempuh hidup baru adikku. Doaku
selalu untukmu semoga selamanya menjadi keluarga yang Sakinah Mawadah Warahmah.
Amin.
Semarang, 4 September 2015.
Restu Eka Pratiwi.
I'm pretty good at ngarang huh? :)))
No comments:
Post a Comment