Karena pada awalnya kami dapat informasi
bahwa untuk mendapatkan visa spouse, saya harus punya sertifikat Start Deutsch
1 atau German Language for Foreign Speaker Level A1. Jadilah saya
mengambil kursus bahasa di Goethe Institut.
Saya tidak pernah merasa punya bakat dalam
bahasa asing. Bahasa Inggris saya pas pasan. Saya tidak pede menulis sesuatu
yang ilmiah dengan bahasa Inggris, walaupun saya hobi baca buku bahasa Inggris
dan tes Toefl bilang bahasa Inggris saya nggak jelek jelek amat.
Tapi ternyata di umur segini (semacam udah
tua) saya menemukan belajar bahasa itu lumayan menyenangkan. Menurut suami
karena banyak “aha moment” yang ditemui selama belajar bahasa. Seperti tadi
malam saya menonton Inglorious Basterd di televisi dan menemukan diri saya
sedikit mengerti bahasa Jerman yang disampaikan di film itu. Atau saya tetiba
paham dengan istilah istilah seperti Über Alles yang dulu saya pikir
cuma berkaitan dengan sepak bola. Hehehe!
Hal menyenangkan lain dari belajar bahasa
adalah ketika dapat nilai Sehr Schön (excellent) atau ucapan Sehr Gut
(very good) dari guru. Hahaha! Jiwa kompetitif saya di masa sekolah ternyata
belum sepenuhnya padam.
Beberapa minggu belajar bahasa, saya
diberitahu kalau pasangan penerima beasiswa DAAD dijamin akan dikursuskan
bahasa di Jerman, jadi saya tidak perlu belajar di Indonesia. Tapi saya
nekad meneruskan belajar, dengan tekad mengumpulkan bekal untuk
menjalankan peran isteri di negeri orang (yang sebagian besar warganya malas
atau tidak bisa bicara bahasa Inggris). Yah supaya nanti disana paling tidak
saya bisa pergi kemana mana sendiri, bersosialisasi dengan tetangga, dan
bisa belanja di pasar.
Walaupun
secara administratif sudah tidak memerlukan sertifikat, setelah lebaran saya
tetap mau ikut ujian Start Deutsch 1. Kenapa? Karena hidup perlu tantangan dan
saya toh tidak punya kerjaan. Hehehe!
No comments:
Post a Comment