Nenek saya, biasa saya
panggil Embah, umurnya 76 tahun. Masih muda untuk ukuran Nenek nenek. Secara
saya cucu pertama.
Suatu hari Embah bilang
pengen sepatu karet yang empuk. Kata Embah temen temennya banyak yang pakai sepatu karet dan bilang sepatu karet enak buat jalan.
Sepatu karet empuk yang
saya tau ya sepatu buaya. Saya juga pakai sepatu buaya karena sebagai pejalan kaki, alias tukang
naek angkot, sepatu buaya emang paling sip buat menerjang jalanan kota yang akhir akhir ini sering banjir. Soalnya cepet
kering.
Saya ajak Embah ke Mall
yang ada toko sepatu buaya-nya. Ke Mall, karena saya nggak pernah beli sepatu
buaya di pinggir jalan. Bukannya sombong atau sok oye, tapi ukuran kaki saya 9. Di pinggir jalan
nggak ada yang jual sepatu buaya ukuran 9.
Sampai di toko, Embah mulai
pilih pilih sepatu buaya dengan gembira. Temen temen Embah bilang sepatu buaya
harganya murah, paling cuma 30 ribu, jadi tiap kali Embah nyoba sepatu sengaja nggak
saya kasih lihat price tag-nya soalnya bisa shock kalau tau harga sepatu buaya
asli berapa. Hehe!
Sudah terpilih sepatu yang
cocok, saya bawa itu sepatu ke kasir buat dibayar. Saya bilang saya aja yang
bayar, mumpung ada uang karena saya habis dapat bayaran kerjaan.
Waktu Saya ke kasir, Embah
jalan jalan sendiri di sekitar toko lihat lihat sepatu yang lain, kemudian terbacalah itu price tag :)))
Sadar harga sepatu yang
baru saja dipilih berapa, Embah langsung lari ke kasir dan melarang saya bayar.
Tapi ya telat orang sudah dibayar. Hahaha.
Sepanjang jalan pulang saya
diomelin deh. Katanya beli sepatu mahal mahal. Padahal beli aja yang di pinggir
jalan.
Saya bilang yang asli lebih
empuk dan awet. Coba saja Embah rasain nanti.
Beberapa hari kemudian
Embah nelepon.
Mbak, Embah ke pasar baru pakai sepatu dari Embak. Enak empuk,
jalan 3 jam nggak capek.
Hehe!
No comments:
Post a Comment