Kerja karena panggilan jiwa itu benar-benar ada loh...ya iyalah, kalau tidak siapa yang akan jadi ustad, pendeta, biksu...dan sebagainya? Hmmmm ini deh saya kasih contohnya di kehidupan nyata...
Adik saya menghabiskan sebagian besar waktu di 5 semester awal masa kuliahnya untuk menjadi jurnalis di majalah kampus. Kerjaannya mewawancara orang, menulis berita, mengedit dan sebagainya. Walaupun tidak mempengaruhi akademiknya, tapi nampaknya adik saya cukup pusing juga dengan kesibukannya selama ini. Makanya di awal semester 6, dia bertekad untuk tidak lagi berhubungan dengan bidang jurnalistik, dan fokus pada pelajaran dan minatnya yang lain. Dia mendaftar les perancis, memfokuskan diri pada topik TA, dan mulai menjalankan misi yang sudah lama diembankan ibu kami : Cari pacar. Adik saya biasanya serius kalau punya tekad. Makanya saya percaya percaya saja dengan omongannya.
Sebulan setelah adik saya mencanangkan tekad hidup tanpa kegiatan jurnalisme, di kampus kami ada huru hara. Ada yang membakar-bakar kampus. Sebenarnya tidak huru hara amat sih, cuma cukup bikin pusing pihak rektorat.
Setelah kejadian itu, pagi-pagi kampus heboh, dan petangnya, suasana jadi agak-agak tegang. Mobil pemadam kebakaran mondar-mandir, satpam juga berkeliling-keliling sambil sibuk bicara menggunakan walkie talkie. Hari itu si Adik ijin pulang malam karena ada acara himpunan. Sebagai kakak yang baik, agak-agak khawatir juga kalau adik pulang malam-malam di kamus yang sedang gak jelas keadaannya. Jadilah jam 7 malam saya kirim sms menyuruh dia pulang cepat :
Saya : heh, pulang cepetan, di kampus ada teroris....
Adek : Iya bentar lagi, ini lagi wawancara satpam..
Saya : heh??
Keesokan harinya, pagi pagi si adik sudah sibuk dengan laptopnya dan telepon yang tak henti hentinya berdering.
Saya : "Kamu gak kuliah?"
Adek : "Ntar ah, nanggung...ini lagi bikin artikel soal kebakaran..."
Saya : "heh???"
Malam harinya....
Saya : "Kamu pulang jam berapa?"
Adek : "Ntar lagi, ini lagi ngelihatin polisi meriksa meriksa...sambil wawancara orang rektorat..."
Saya : ???
Besok paginya lagi...
Adek : "Aku badminton dulu ya..."
Saya : "Daaahhh...."
Siangnya....
Saya : "Heh, udah selesai belon badmintonnya? belanja yuk...."
Adek : "Bentar...bentar ... aku lagi di kampus nih...investigasi...ada kebakaran lagi soalnya..."
Saya : "Heh???? bukannya katanya kamu mau stop jadi wartawan?"
Adek : " iya sih...tapi penasaran..."
Saya :"Halah...halah...halah..."
Nah..nah...Inilah teman-teman, yang saya namakan panggilan jiwa.
Tekad sekeras apapun akan kalah dengan naluri.
Adik saya bertekad, setelah lulus kuliah dia akan melajutkan S2 bidang air di Perancis, dan jadi dosen. Melihat gelagatnya selama ini sih, saya curiganya dia malah akan menetap di Afrika dan menghabiskan waktunya untuk meliput perang saudara.
Ck ck ck....
Tulisannya menyenangkan. Hihihi
ReplyDeleteheh! bengkok banget!
ReplyDeletemau ke prancis, bukan afrika :-s