Saya makan siang dengan pacar saya, kakak pacar saya, dan pacar kakak pacar saya. Bingung? Untung saya belum makan dengan sepupu misan dari mertua kakak pacar kakak pacar saya, pasti lebih bingung. Oke. Jadi saya makan siang, dengan mereka. Ceritanya kakak pacar saya dan pacarnya baru lulus dengan predikat Cumlaude, yang artinya koleksi nilai A mereka pasti bisa membuat Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak pendidikan ,menari-nari dengan girangnya karena bangga. Mereka berdua ada di kasta tertinggi lulusan perguruan tinggi. Pacar saya juga terancam lulus cumlaude, yang artinya dia juga punya koleksi nilai A yang menakjubkan, dan berhak menyandang gelar sebagai penghuni kasta puncak. Sementara saya sudah pasti lulus tanpa predikat. Saya bisa lulus saja, itu sudah bagus, karena saya punya koleksi nilai C yang bisa bikin tubuh Ki Hajar Dewantara merinding, karena merasa gagal mendidik anak bangsa.
Percakapan bergulir sampai akhirnya kakak pacar saya bercerita bahwa dia baru mengetahui bahwa dia punya nilai C, setelah mengambil daftar nilai kelulusan. Satu nilai C. Dia tidak habis pikir kenapa dia punya nilai C. Pembicaraan pun beralih menjadi pembicaraan nilai-nilai C. Analisis mendalam bagaimana seseorang bisa mendapat nilai C padahal nilai A dengan mudahnya bisa diperoleh. Saya si pengoleksi C terbanyak, sehingga bisa diberi trophy Golden C. Hanya diam. Kemudian pertanyaan yang saya takuti datang juga.
Saya bengong, pacar saya garuk garuk, pacar kakak pacar saya minta ijin ke kamar mandi. Kakak pacar saya, yang mungkin dengan kecerdasannya yang luar biasa, setelah 3 detik menyadari kesalahannya dan langsung berusaha menjelaskan maksud ucapannya. Yadayadayada.
Kecerdasan anak menurun dari Ibu. Kalau orang tua pacar saya seperti kakaknya. Mungkin nanti kalo saya jadi menikah dengan pacar saya. Saya diwajibkan mengikuti Test IQ dulu. Sigh.
Percakapan bergulir sampai akhirnya kakak pacar saya bercerita bahwa dia baru mengetahui bahwa dia punya nilai C, setelah mengambil daftar nilai kelulusan. Satu nilai C. Dia tidak habis pikir kenapa dia punya nilai C. Pembicaraan pun beralih menjadi pembicaraan nilai-nilai C. Analisis mendalam bagaimana seseorang bisa mendapat nilai C padahal nilai A dengan mudahnya bisa diperoleh. Saya si pengoleksi C terbanyak, sehingga bisa diberi trophy Golden C. Hanya diam. Kemudian pertanyaan yang saya takuti datang juga.
Kakak pacar saya : “Kalau Restu punya berapa C?”
Saya (nyengir) : “Banyak” (melanjutkan makan, berharap pertanyaan selesai)
Kakak pacar saya : “ Hoo...kenapa?”
Saya (pura-pura sibuk mengunyah, menelan baru menjawab) : “ ya gitu lah”
Kakak pacar saya : “ oh...hati-hati lo...kecerdasan anak kan menurun dari Ibu”
Saya bengong, pacar saya garuk garuk, pacar kakak pacar saya minta ijin ke kamar mandi. Kakak pacar saya, yang mungkin dengan kecerdasannya yang luar biasa, setelah 3 detik menyadari kesalahannya dan langsung berusaha menjelaskan maksud ucapannya. Yadayadayada.
Kecerdasan anak menurun dari Ibu. Kalau orang tua pacar saya seperti kakaknya. Mungkin nanti kalo saya jadi menikah dengan pacar saya. Saya diwajibkan mengikuti Test IQ dulu. Sigh.
OMG..
ReplyDelete