Ketika baru lulus kuliah, seperti semua sarjana sarjana baru saya juga sibuk mencari kerja, berpakaian rapi sambil membawa-bawa map berisi dokumen-dokumen yang membuktikan pengukuhan diri saya sebagai pemula di jagad dunia profesional. Suatu saat ada pameran pencarian kerja di kampus saya, berbagai perusahaan mencoba menjaring sarjana-sarjana baru untuk bekerja di perusahaan mereka. Saya bersama ribuan pencari kerja lain mengikuti pameran tersebut dengan harapan terjaring oleh salah satu perusahaan itu.
Walaupun harapan saya muluk-muluk, saya ini tetap saja kurang pengalaman, lugu dan terlalu pede akan pesona diri sendiri sehingga tidak mempersiapkan strategi mencari kerja apapun. Pokoknya daftar dan ikuti saja.
Tersebutlah suatu bank nasional, bank mandiri, saya tidak pernah berpikir untuk bekerja di bank karena saya merasa sangat tidak berbakat di bidang keuangan, tapi ya namanya juga coba coba, saya masukan lamaran saya ke stand bank tersebut dan saya pun dipanggil untuk mengikuti wawancara. Inilah job interview pertama saya. Pewawancara saya seorang pegawai yang berpenampilan kasual dengan make up warna natural. Bandingkan dengan saya yang berpenampilan kucel setelah berdesak desakan dengan ribuan orang yang ada di pameran tersebut dengan dandanan natural alias tidak menggunakan make up apapun. Kemudian mulailah wawancara pertama saya.
Ditahap selanjutnya saya tidak lolos dengan alasan tidak cocok jadi banker. Yah kalau itu sih saya juga sudah tahu.
Walaupun harapan saya muluk-muluk, saya ini tetap saja kurang pengalaman, lugu dan terlalu pede akan pesona diri sendiri sehingga tidak mempersiapkan strategi mencari kerja apapun. Pokoknya daftar dan ikuti saja.
Tersebutlah suatu bank nasional, bank mandiri, saya tidak pernah berpikir untuk bekerja di bank karena saya merasa sangat tidak berbakat di bidang keuangan, tapi ya namanya juga coba coba, saya masukan lamaran saya ke stand bank tersebut dan saya pun dipanggil untuk mengikuti wawancara. Inilah job interview pertama saya. Pewawancara saya seorang pegawai yang berpenampilan kasual dengan make up warna natural. Bandingkan dengan saya yang berpenampilan kucel setelah berdesak desakan dengan ribuan orang yang ada di pameran tersebut dengan dandanan natural alias tidak menggunakan make up apapun. Kemudian mulailah wawancara pertama saya.
Mbak pegawai : Selamat pagi saya bla..bla..bla..sekarang saya ingin menanyakan, apa yang kamu ketahui soal bank Mandiri?Dengan wawancara kacau saya, ketika hasil wawancara tersebut saya peroleh, ternyata saya lolos masuk ke tahap selanjutnya. Entah mbak pewawancara itu penasaran bertaruh bagaimana nasib saya ditahap selanjutnya dengan pengetahuan minim saya atau dia kasian sama saya yang terlihat tidak punya harapan diterima bekerja dimanapun, atau dia memang terpengaruh oleh keluguan dan pesona diri saya, saya tidak tahu, pokoknya jawaban-jawaban “eng” saya ternyata bisa membuat saya lolos di job interview pertama saya.
Saya : “Bank Terbesar di Indonesia bu.. eng..”
(setelah beberapa detik…)
Mbak pegawai: “yang lain mungkin? Coba.. apa bedanya BRI dan Mandiri?”
Saya:”BRI kantornya ada di desa desa bu, mandiri di kota kota” jawab saya pede.
Mbak pegawai: (tersenyum maklum dengan keluguan saya)” begini kalo BRI itu bla bla bla Mandiri Bla Bla Bla”
Saya : (mengangguk angguk)
Mbak pegawai: “siapa CEO mandiri?”
Saya : “eng..”
(setelah beberapa detik…)
Mbak pegawai : “kalau slogan Mandiri?”
Saya: “eng..”
(setelah beberapa detik…)
Mbak pegawai : (mulai geleng geleng kepala pusing) jadi kenapa kamu mau kerja di Mandiri?
Saya:”karena saya tertarik dengan perbankan bu” (jawaban standar pencari kerja yang sebenarnya tidak tertarik tapi masih berharap)
Mbak Pegawai : “Oke, sekian terimakasih, silahkan ditunggu hasilnya”
Saya: “terimakasih”
Ditahap selanjutnya saya tidak lolos dengan alasan tidak cocok jadi banker. Yah kalau itu sih saya juga sudah tahu.
No comments:
Post a Comment