Tulisan ini dibuat untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Mei.
Tentang Tantangan Bertema Resep Andalan
Kesulitan Tantangan Bulan Ini
Tema tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog kali ini adalah tentang "Resep Masakan Andalan". Tapi bukan sekedar andalan, harus andalan di hari istimewa. Sungguh suatu tantangan bagi saya yang semangat memasaknya muncul sama jarangnya dengan tanggal 29 Februari dan kemampuan memasaknya sangat minim.
Saya ini tidak bisa masak. Hal itu adalah salah satu dari banyak kekurangan yang saya miliki. Tidak ahli sih tepatnya. Karena kalau terpaksa harus masak ya bisa juga. Saya tau sedikit teori dan praktiknya. Tapi ya sudah gitu saja. Untung biasanya masakan saya bisa mencapai standar edible untuk suami. Standar untuk menjamu tamu sih lain lagi ya. Kecuali tamunya doyan nugget atau telur ceplok 😁
Untung kriteria "bisa masak" tidak jadi pertimbangan saat suami meminang saya. Karena untungnya ibunya juga tidak bisa masak 🙈 Almarhumah Ibu saya juga tidak bisa masak. Klop lah pokoknya. Tidak ada yang menuntut saya harus bisa masak. Alhamdulillah 😆
Tapi walaupun saya tidak bisa memasak, saya suka makan dan hobi menonton tayangan dokumenter tentang makanan. Wook's Food Odyssey, Anthony Bourdain No Reservation, dan Street Food Fighter Chef Baek Jong Woon, adalah beberapa tayangan yang menjadi favorit saya sampai sekarang. Tayangan - tayangan tersebut bukan hanya membahas makanan dari sisi bentuk, rasa, harga, penyajian tapi juga latar belakang sejarah dan budaya yang mempengaruhinya.
Karena hobi saya tersebut, saat tema tantangan ini diumumkan, terpikir oleh saya untuk membuat tulisan yang, selain berisi resep, juga mengulas sedikit sejarah dan budaya dari makanan yang saya jadikan topik. Walaupun mungkin tidak terlalu komprehensif karena keterbatasan informasi, pengetahuan, dan kemampuan menulis, tapi semoga masih bisa memberikan menambah setitik informasi baru bagi yang membaca. Syukur - syukur bisa memberikan ide menu makanan baru.
Pilihan Resep yang Akan Ditulis
Tadinya untuk tantangan ini saya ingin menulis tentang Sambel Tumpang. Makanan asli dari daerah asal Almarhumah Bapak saya, Boyolali. Masakan eksotis dengan bahan dasar tempe bosok ini sering saya rindukan. Tapi karena saya hanya pernah dua kali memasak Sambal Tumpang dan itupun di rumah cuma saya yang makan, karena yang lain takut, maka saya membatalkan niat saya dan memilih makanan lain.
Setelah saya pertimbangkan lagi, akhirnya saya memutuskan untuk menulis mengenai Currywurst. Makanan atau lebih tepatnya jajanan khas asal Jerman yang baru saya ketahui keberadaannya saat saya dan suami berkesempatan tinggal di sana.
Alasan saya memilih menulis tentang makanan unik ini adalah karena Currywurst sampai sekarang masih menjadi salah satu makanan favorit suami. Walaupun kami sudah lama pergi dari Jerman dan kembali menetap di Indonesia. Selain itu Currywurst juga mudah sekali dibuat. Bahkan oleh saya yang tidak ahli. Ngomong - ngomong, jauh ya Sambal Tumpang ke Currywurst. Dari timur ke barat. Seperti perjalanan Sun Go Kong mencari kitab suci.
Adapun perkara hari istimewa, saya masak hanya saat purnama jatuh di hari Jumat 🤪 Itupun kalau sedang rajin, biasanya cuma bikin pasta pakai bumbu instan. Jadi kalau saya masak yang agak istimewa, selain menggoreng telur dan nugget, maka hari tersebut bisa disebut sebagai hari istimewa dong ya 🙈
Tentang Currywurst
Currywurst, yang dalam bahasa Indonesia secara literal diterjemahkan sebagai sosis kari, adalah sosis (wurst) yang digoreng dengan metode deep fried, dipotong - potong, lalu dikucuri saus tomat berbumbu kari 😆
Tapi jangan dulu mencibir pemirsa, makanan ini adalah salah satu street food paling populer di Jerman. Di setiap kota, terutama di Jerman bagian utara, selalu bisa ditemukan kios penjual Currywurst. Begitupun dengan keramaian festival dan perayaan. Di festival besar seperti Oktoberfest dan Weihnachtsmarkt, stall yang menjual Currywurst sudah pasti bisa ditemukan.
Tampilan Currywurst memang sederhana. Bahan - bahan yang digunakan juga murah. Peralatan yang diperlukan untuk memasaknya juga tidak neko - neko.
Dengan standar Indonesia, kegiatan membuat Currywurst bahkan mungkin tidak bisa dikategorikan sebagai memasak. Meracik mungkin lebih tepat.
Cara makannya juga tidak rumit. Biasanya hanya disajikan diatas piring kertas dan dimakan dengan garpu kayu. Orang Jerman umumnya menyantap Currywurst sambil berdiri. Atau malah berjalan. Makanan ini memang Jerman sekali. Efisien.
Karena sosis yang digunakan untuk membuat Currywurst biasanya terbuat dari daging babi, sampai sekarang saya tentu saja belum pernah mencicipi Currywurst asli. Tapi saya pernah coba beberapa kali mencicipi saus Curry, yang dibuat oleh chef di tempat saya kerja part time dulu di Jerman. Sausnya sendiri vegan, jadi aman.
Selain itu waktu masih tinggal di Stuttgart saya juga sering membuat Currywurst sendiri menggunakan bantuan bumbu instan merk Knoor, kalau sedang diskon. Kalau tidak diskon mahal soalnya. Beberapa kali saat sedang niat, saya bahkan meracik saus sendiri 😌
Perkara rasa saya tidak bisa bilang autentik, karena seperti saya bilang, saya tidak pernah mencicipi yang katanya autentik, sehingga tidak tahu harusnya bagaimana. Tapi dengan studi literatur yang menyeluruh, intuisi rasa, serta logika sepertinya hasilnya cukup untuk memenuhi rasa penasaran akan makanan legendaris ini.
Sungguh pendekatan yang sangat scientific. Tidak percuma dulu saya belajar kalkulus sampai integral lipat 3.
Wurst, Mein Lieblingsessen
Warga Jerman memang sangat menggemari sosis. Mungkin melebihi kecintaan warga Indonesia dalam mengkonsumsi sambal. Setiap daerah memiliki sosis kebanggaannya masing-masing. Frankfuter yang berasal dari Frankfurt dan Bratwurst dari daerah Franconian mungkin merupakan dua jenis sosis yang paling terkenal di luar Jerman. Tapi selain dua jenis sosis tersebut, diklaim ada 1200 jenis sosis di seluruh Jerman. Lebih banyak dari jenis keju di Perancis.
Sosis memang identik dengan menu makan pengganti daging yang praktis nan murah. Di negeri Panzer, sosis dijadikan bahan dalam berbagai macam masakan tradisional seperti Goulash 'semur', salat 'salad', dan nuddeln 'pasta'. Tapi dari seluruh menu masakan tradisional Jerman berbahan sosis, tidak ada yang mengalahkan Currywurst dari sisi kepopuleran.
Currywurst telah menjadi food staple 'makanan pokok' di Jerman. Setiap tahun diestimasi ada sebanyak 850.000.000 porsi Currywurst yang dikonsumsi di sana. Dari jutaan porsi tersebut, sebanyak 70.000.000 sendiri dikonsumsi di Berlin. Hampir 200.000 porsi setiap harinya.
Sebagai sarjana Teknik Industri yang selalu tertarik pada hal - hal terkait manufaktur makanan, saya bahkan menemukan fakta menarik bahwa, saking cintanya orang - orang Jerman pada Currywurst, perusahaan - perusahaan besar selalu siap sedia menyediakan Currywurst di kantin sebagai salah satu pilihan makan siang pekerjanya. Katanya bisa terjadi kerusuhan jika tiba - tiba Currywurst tidak tersedia. Volkswagen, pabrikan mobil ternama dari Jerman, bahkan sampai mendedikasikan satu lini produksinya, khusus untuk membuat sosis Currywurst! Die beste!
Sejarah Currywurst
Sejarah currywurst konon berawal dari kebosanan seorang ibu - ibu pemilik imbiss 'kios' jajanan tradisional di Berlin, akan rasa sosis goreng dagangannya yang begitu - begitu saja.
Alkisah di akhir musim panas tahun 1949, Herta Heuwer, sang pemilik imbiss, menukar minuman beralkohol dengan Ketchup 'saus tomat', bubuk Curry India, dan Worcestershire Sauce 'saus inggris' yang dibawa oleh tentara Amerika dan tentara Inggris. Saat itu memang banyak tentara Amerika dan Inggris yang ditempatkan di Berlin barat pasca Perang Dunia II.
Entah apakah Frau Heuwer memang berniat untuk membuat kreasi baru, atau dia hanya iseng - iseng belaka, atau dapat wangsit, atau bahkan mungkin bahan - bahan diatas tidak sengaja tumpah dan bercampur, seperti ditampilkan di banyak adegan film, yang pasti sejarah mencatat, pada 4 September 1949, kios Frau Heuwer mulai menjual sosis goreng dengan saus kari spesial yang kemudian dikenal dengan nama Currywurst.
Perpaduan antara rasa baru yang eksotik, harga yang murah, kepraktisan, dan kandungan protein yang tinggi, membuat Currywurst dalam sekejap menjadi makanan populer di seluruh penjuru Berlin. Terutama di kalangan pekerja konstruksi yang saat itu membanjiri kota tersebut. Ketenaran jajanan yang disebut sebagai 'steak rakyat jelata' ini kemudian juga merambah ke kota - kota lain di Jerman Barat hingga akhirnya Currywurst menjadi jajanan iconic Jerman hingga sekarang.
Pada 21 Februari 1959, Frau Heuwer mematenkan saus racikannya dengan nama Chillup. Semenjak itu ia secara resmi dinobatkan sebagai penemu Currywurst . Tanggal 4 September, tanggal dimana Herta Heuwer pertama kali menjual kreasinya, juga kemudian ditetapkan sebagai hari Currywurst.
Currywurst Sebagai Simbol Keterbukaan
Bangsa Jerman menganggap Currywurst sebagai simbol keterbukaan. Campuran antara hal yang Jerman banget dengan sesuatu yang berasal dari negeri asing. Dalam hal ini adalah sosis dari Jerman, Curry Powder dari India, serta Ketchup dari Amerika Serikat. Sebelum akhir Perang Dunia ke II Jerman memang cukup tertutup dengan hal - hal berbau asing. Politik Nazi yang membedakan manusia berdasarkan ras-nya dan menganggap bangsa Jerman sebagai bangsa yang lebih unggul membuat hubungan Jerman dengan negara lain cukup buruk.
Selain sebagai simbol keterbukaan, Currywurst juga dianggap sebagai lambang mentalitas Jerman untuk bangkit dari keterpurukan setelah Perang Dunia II. Meskipun mungkin Herta Heuwer menciptakan Currywurst hanya karena iseng atau bosan belaka, tapi masakan ini disebut mewakili produk yang diciptakan dengan prinsip industri Jerman, yaitu efisien, inovatif, dan excellence. Prinsip yang membuat Jerman bisa bangkit menjadi salah satu negara Industri terbesar dengan teknologi termaju di dunia kurang dari 20 tahun setelah Perang Dunia II. Di tengah segala keterbatasan karena negaranya luluh lantak akibat perang, terciptanya Currywurst bagi masyarakat Jerman mungkin terasa seperti pelita dalam kegelapan.
Oke. Mulai berlebihan.
Saking bangganya orang Jerman dengan currywurst, ada cerita dimana satu negara meradang karena George W. Bush, yang pada tahun 2002 menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, meninggalkan Currywurst yang disajikan kepadanya tanpa tersentuh sama sekali dalam salah satu kunjungan kenegaraan di Berlin Jerman.
Tentang Resep Currywurst yang Autentik
Ada hal menarik mengenai resep Currywurst yang autentik. Meskipun telah ditasbihkan sebagai jajanan tradisional yang dicintai oleh banyak orang, tapi tidak ada yang mengetahui resep Chillup, selain Herta Heuwer sendiri. Bahkan 19 pekerja yang membantu di imbiss miliknya, atau malah suaminya sendiri, juga tidak tahu bahan - bahan apa saja yang ada di saus tersebut. Ketika perusahaan - perusahaan besar pembuat saus, seperti Kraft, menawarkan untuk membeli resep aslinya dengan harga selangit, wanita kelahiran tahun 1913 ini juga tetap bergeming. Rahasia resep buatannya, disimpan rapat - rapat olehnya, bahkan sampai ia meninggal dunia tahun 1999.
Karena resep aslinya dipatenkan dan dirahasiakan sedemikian rupa, para penjual Currywurst lainnya hanya bisa mereka reka bahan yang digunakan untuk membuatnya. Alhasil rasa Currywurst yang ada saat ini berbeda beda. Di kios satu dengan kios lainnya. Di satu keluarga dengan keluarga lainnya. Semua dengan interpretasi dan kreatifitas masing - masing.
Ada yang membuat sausnya dari scratch menggunakan bumbu segar yang harus diiris dan dihaluskan, ada juga yang simple menggunakan bahan siap pakai. Ada yang dengan teguh berpegang pada pakem resep yang dipercaya orang banyak, tapi ada banyak juga yang menambahkan bahan lain yang tak terduga, seperti Coca Cola, ke dalam sausnya untuk membuatnya lebih unik dan bercita rasa.
Apapun itu, dari beberapa resep yang saya baca, inti prosesnya sama. Mencampur tomat dan bumbu kari. Tentu mudah bagi orang Indonesia yang sudah terbiasa dengan hal - hal lebih rumit macam Rendang, Opor Ayam, Sate Maranggi, Gulai Tunjang, Larangan Mudik Lebaran, dan Sinetron Ikatan Cinta.
Resep Currywurst a la Restu
Seperti sudah saya bilang, saya ini tidak ahli memasak. Plus jarang - jarang juga semangat masak. Tapi kalau terpaksa bisa diusahakan. Kemalasan saya memasak umumnya didasari pada kemalasan untuk belanja bahan. Apalagi kalau bahan - bahannya tidak ada di warung. Oh sungguh saya malas beranjak. Untungnya sekarang semua bisa dibeli secara online. Meskipun scroll marketplace juga sama malasnya, tapi masih lumayan daripada harus pergi ke toko.
Maka dari itu, resep Currywurst yang akan saya sampaikan sekarang saya sebut Currywurst malas. Bahannya dibeli pakai modal jempol. Masaknya 10 menit jadi, sudah termasuk persiapan. Bebersihnya tidak dihitung, mari serahkan ke Bibi 🤪 Walaupun nampak minimalis, hasilnya tidak mengecewakan. Rasanya cukup internasional dan yang penting suami happy. Prinsip orang Indonesia sungguh terpakai di sini. Effort minimal tapi hasil maksimal.
Pilihan Contekan Resep
Resep Currywurst yang saya buat tentu saja menyontek dari resep orang. Dari sekian banyak resep, saya memilih yang praktis. Pakai bumbu - bumbu dalam bentuk jadi.
Seperti sudah saya bilang, inti dari resep Currywurst adalah mencampur tomat dan bubuk kari ditambah bumbu lain sesuai selera. Saya memilih untuk mengikuti kata sejarah. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mau belajar dari sejarah. Modifikasi dilakukan untuk menyesuaikan dengan preferensi rasa lidah saya.
Pilihan Sosis
Bahkan untuk orang Jerman sendiri preferensi sosis yang digunakan untuk membuat Currywurst berbeda beda. Sosis yang paling banyak digunakan adalah Knackwurst yang merupakan sosis khas Jerman utara. Tapi tentu saja karena Knackwurst terbuat seutuhnya dari daging babi yang tidak bisa saya makan, pun tidak tersedia di Indonesia versi sapi dan ayamnya, maka saya harus menggunakan sosis lain.
Banyak merk sosis yang beredar di Indonesia tapi hanya sedikit yang menyerupai sosis di Jerman. Untuk membuat Currywurst saya biasanya menggunakan Bratwurst merk Kanzler. Agak pricey tapi worth it. Selain sudah mengantongi sertifikat halal MUI, Bratwurst Kanzler rasanya mirip sosis halal merk Bruzzzler Wiesenhof yang biasa saya pakai di Jerman. Lebih enak malah karena Bratwurst Kanzler lebih lembut dan ada sensasi creamy saat dikunyah. Rasanya juga netral daging tanpa tambahan rasa lain sehingga bisa berpadu lebih harmonis dengan rasa saus kari.
Tapi jika Kanzler dianggap terlalu bule atau tidak sesuai di kantong atau kurang sehat, maka sosis lainpun jadilah.
Bahan Saus
Di banyak literatur (((literatur))) yang saya baca, Herta Heuwer paling tidak menggunakan tiga bahan pokok untuk resep sausnya. Saos tomat botolan, bubuk kari, dan saus inggris. Jadi mari kita stick dengan tiga bahan tersebut.
Bahan tambahan yang saya pakai adalah, air, bubuk bawang putih, bubuk paprika, bubuk kayu manis, gula, dan kaldu jamur 🤣 percayalah kalau Herta Heuwer dulu tau kaldu jamur, niscaya Currywurst bisa lebih terkenal di dunia melebihi Hamburger.
Resep
Menyiapkan Sosis
Bahan :
1 bungkus Bratwurst Kanzler isi 5
2 blok/iris butter (saya pakai merk Anchor. Pakai Wijsman juga boleh. Biar mewah)
Cara memasak :
Goreng sosis dengan butter.
Seharusnya sosis untuk Currywurst digoreng deep fried, tapi karena saya ingin yang praktis, maka sosis tersebut saya panggang diatas butter. Hasilnya adalah sosis dengan kulit yang cukup renyah tapi bagian dalamnya masih lembut seperti direbus. Penggunaan butter juga membantu mengeluarkan aroma daging dan rasa yang lebih gurih dari sosis.
Setelah matang, potong - potong sosis.
Resep Saus Kari
Bahan :
3/4 cup saus tomat kurang lebih 175 ml (saya pakai merk Del Monte)
1/2 cup air kurang lebih 125 ml (saya pakai air keran biasa)
2 sendok makan bubuk kari India (feel free kalau mau percobaan pakai bumbu kari Indonesia. Mungkin bisa jadi Herta Heuwer selanjutnya. Menemukan Rendangwurst)
1 sendok makan saus inggris
1/2 sendok makan gula
1/2 sendok makan bubuk paprika (kalau ingin pedas bisa pakai cayenne pepper atau bubuk cabai biasa. Bon cabe juga boleh. Bebas di sini mah)
1 sendok teh bubuk bawang putih
1 sendok teh bubuk kayu manis
1 sendok teh kaldu jamur
Cara memasak :
Campur semua bahan dalam pan bekas menggoreng sosis. Aduk - aduk sampai sedikit mengental. Koreksi rasa. Jika sudah terasa enak, masukkan sosis. Balur sosis dalam saus. Angkat sosis dan tata dalam piring. Scrape sisa saus. Taruh sisa saus diatas sosis. Tabur sedikit bubuk kari untuk tampilan. Sajikan hangat dengan kentang goreng, burger bun, atau Indomie goreng juga boleh supaya ada muatan lokalnya.
Hal kunci yang harus diperhatikan untuk berhasil membuat resep ini adalah kepercayaan diri. Ingat, bahkan orang Jerman sendiri tidak tahu resep yang autentik, jadi buat saja sesuai kata hati. Yakinlah tidak akan ada yang salah dengan campuran saus tomat bubuk kari dan kaldu jamur. Dijamin enak 👍
Penutup
Alhamdulillah akhirnya tantangan bulan ini terselesaikan juga. Ada hikmahnya Lebaran tidak boleh kemana - mana. Biasanya hari - hari begini, selain masih sibuk dengan kewajiban Ramadan, juga disibukkan dengan persiapan mudik. Sekarang masih bisa menulis postingan blog.
Memang sungguh berfaedah ikut komunitas Mamah Gajah Ngeblog. Selain jadi lebih konsisten menulis, saya juga jadi tau banyak hal baru karena mengerjakan tantangan blogging bulanannya. Contohnya dari postingan ini saya jadi tau ada orang yang berprofesi sebagai food historian. Khusus belajar dan meneliti tentang sejarah makanan. Sungguh suatu pekerjaan impian!
Sekian saya akhiri tulisan kali ini yang membahas mengenai Currywurst. Salah satu kenangan yang saya simpan dari tinggal di negeri para Kanselir. Mohon maaf bagi yang kecewa karena tulisan pendahuluannya panjang sekali tapi resepnya begitu saja 🤣 Saya juga kaget bisa menulis sepanjang ini cuma membahas sosis saja. Coba saya buat tulisan tentang rendang atau sate, bisa jadi buku mungkin ya 😅
Silahkan dicoba resepnya jika berminat. Lumayan siapa tau bisa membawa lidah berkelana ke Eropa tanpa perlu beranjak kemana - mana. Atau siapa tau cerita tentang Herta Heuwer bisa menginspirasi para mamah menemukan menu makanan baru.
Selamat memasak!!
Dikala resep saya susah dan ribet, membaca resep teteh yg simpel tp tetap enak membuat saya berpikir "buat apa sih saya masak susah2?" hahaha selalu suka dengan tulisan teteh ��
ReplyDeleteCakep banget itu butternya kembang2 *salfok. Studi kuteraturnya luar biasa, makasih tulisannya teh.
ReplyDeleteTeteh nuhun resepnya.. Suami sy suka kari pas di jerman, sampai bawa saos kari botolan ke indo, krn beda rasanya. Mungkin kalo sy bikinin resep ini, suami bakal suka juga yaaa
ReplyDeleteSeruuuuuuu ceritanya ❤ saya suka juga sih bikin sosis dibalur saus begini, tapi biasanya saus asam manis.. Kapan kapan cobain pake bumbu kari ah
ReplyDeletewow, baru kali ini baca resep dengan studi literatur dan penelitian ilmiah. Sungguh bikin tambah lapar jadinya. Ada yang bisa langsung beli aja gak ya daripada masak sendiri hehehe....
ReplyDeleteini keren banget sih teh ehehe... nulisnya pake data2 lengkap hihi...
ReplyDeletekenangan saat overseas study memang selalu manis ya Teh.. apalagi sempat mencicipi kuliner asli.. ditambah literaturnya juga lengkap.. tulisannya jadi seru
ReplyDeleteSeru, jadi tau sejarahnya juga...
ReplyDeleteGampang ya bikinnya, fix ini mah harus nyoba bikin... Tapi kari Indianya belum ada euy...
Ya ampun Teh,, seru bangeet bacanyaa ,, ntar saya baca ulang lagi deh, takjub ini memang segitu luasnya ya kajian tentang sosis dan Jerman 😄 itu bahan sausnya seru banget, pingin coba bikin kapan2
ReplyDelete