Bulan November 2014 ini saya mulai kerja part time. Alasannya tentu saja karena saya nggak ada kerjaan. Pihak pemberi beasiswa suami memperbolehkan saya untuk bekerja asal pendapatan saya tidak lebih dari 450 euro perbulan atau dengan kata lain tidak melewati batas penghasilan kena pajak. Kalau melanggar dan ketahuan, tunjangan bulanan saya bisa dipotong dan residence permit saya tidak akan disponsori lagi. Kan males ya :))). Di sini pekerjaan dengan pendapatan kurang dari 450 euro disebut dengan istilah minijob. Minijob biasanya dilakukan oleh student yang memang jam kerjanya dibatasi.
Nah, bulan September kemarin salah satu kenalan orang Indonesia memberi tahu mengenai pekerjaan ini. Jadi tukang cuci piring di Messe Stuttgart. Messe adalah convention center. Kalau di Jakarta ya mirip JCC. Di sini setiap pihak yang menyewa ruangan di Messe diwajibkan untuk menyewa catering yang disediakan oleh pihak internal. Nah di catering itulah saya bekerja. Setelah mengurus surat ijin kerja dari departemen kesehatan (iye di sini mau jadi tukang cuci piring aja harus ngurus surat ijin), saya mulai kerja pertengahan November.
Termasuk saya, ada beberapa orang Indonesia yang juga bekerja disana. Kebanyakan adalah mahasiswa S2 yang ingin mencari tambahan penghasilan. Soalnya penghasilan dari pekerjaan mini semacam cuci piring ini memang lumayan, apalagi standar upah minimum regional Stuttgart termasuk yang tertinggi di Jerman. Untuk cuci piring perjam saya dapat 9.52 euro pehlus pertaun dapet urlaubslohn alias upah yang dibayar kalau kita dengan sukarela ambil liburan (iya di sini libur aja dibayar). Jumlah ini adalah upah tertinggi untuk pekerja tanpa skill sama sekali (a.k.a bahasa Jerman aja masih ngawur). Dibandingkan dengan upah pekerja restoran siap saji atau penjaga toko, upah yang saya dapat lebih tinggi, walaupun pekerjaannya memang jauh lebih nggak gaya :P
Termasuk saya, ada beberapa orang Indonesia yang juga bekerja disana. Kebanyakan adalah mahasiswa S2 yang ingin mencari tambahan penghasilan. Soalnya penghasilan dari pekerjaan mini semacam cuci piring ini memang lumayan, apalagi standar upah minimum regional Stuttgart termasuk yang tertinggi di Jerman. Untuk cuci piring perjam saya dapat 9.52 euro pehlus pertaun dapet urlaubslohn alias upah yang dibayar kalau kita dengan sukarela ambil liburan (iya di sini libur aja dibayar). Jumlah ini adalah upah tertinggi untuk pekerja tanpa skill sama sekali (a.k.a bahasa Jerman aja masih ngawur). Dibandingkan dengan upah pekerja restoran siap saji atau penjaga toko, upah yang saya dapat lebih tinggi, walaupun pekerjaannya memang jauh lebih nggak gaya :P
Karena saya cuma bisa dapat upah kurang dari 450 euro, setiap bulan saya cuma kerja sekitar 50 jam atau sekitar 2 kali seminggu. Hari kerjanya tidak tentu tergantung event yang sedang berlangsung. Kadang saya kerja full lima hari tapi habis itu libur sampai dua minggu. Pekerjaan begini lebih enak sih buat saya karena saya jadi nggak sempet bosen tapi masih punya banyak waktu untuk guling-guling di rumah. Selain itu saya juga senang jadi punya sedikit tabungan untuk beli barang-barang yang saya pengen atau untuk tambah tambah uang liburan.
Pekerjaan saya literally adalah mencuci piring. Eits tapi nggak pake tangan ya. Lebih mirip pegawai pabrik. Dibawah saya share beberapa foto. Objek dalam foto adalah teman saya yang sekarang sudah kembali ke Indonesia. Untuk menjaga privasinya, siapa tau dia tidak ingin dikenali, maka mukanya sengaja saya tutupi :D
Messe Stuttgart |
Messe stuttgart terletak satu kompleks dengan bandara Stuttgart. Terdiri dari 9 hall, Messe yang arti literallnya pameran, berfungsi sebagai tempat pameran (fair) atau pertemuan perusahaan-perusahaan besar. Sekarang sih dua hall sementara jadi tempat penampungan pengungsi juga.
What I do (1) |
Pekerjaan yang saya lakukan adalah mencuci peralatan makan dan peralatan masak. Panci, loyang, pinggan, piring makan, mangkok, gelas kopi, dsb dsb. Urutan kerjanya dari kiri atas sampai kanan bawah. Cucian datang, saya buang sampahnya, taruh mesin, teman saya mengambil cucian yang sudah bersih dari ujung, habis itu dia bawa dan atur deh di rak rak penyimpanan. Begitu terus gantian. Gampang kan? Hehehe!
What I do (2) |
Buat kerja harus pakai perlengkapan lengkap, baju seragam, telemek, kaos tangan, dan topi. Tapi karena saya sudah pakai jilbab biasanya saya nggak pakai topi lagi. Untuk pekerja disediakan ruang ganti berloker. Mirip ruang loker di gym. Masing-masing orang harus bawa gembok untuk mengunci loker berisi barang.
Karena kerjanya pakai hitungan jam, tentu saja harus dicatat tuh berapa lama kita kerja hari itu. Sekarang sih sudah ada mesin untuk mencatat waktu datang dan pergi tapi dulu semuanya dilakukan secara manual pakai kertas. Setiap kerja ada waktu istirahat 30 menit yang biasanya digunakan untuk makan siang. Kalau saya biasanya sekalian juga untuk sholat. Tapi bukan berarti istirahat cuma boleh 30 menit itu doang. Kadang-kadang kalau kerjaan sudah selesai dan belum ada lagi yang perlu dicuci, oleh supervisor kami disuruh minum teh dulu. Ngaso bentar.
What I get for lunch |
Lunch Compilation |
Nah ini bagian yang asyik. Setiap kerja, kami dapat jatah makan siang di restoran yang bentuknya kayak foodcourt. Tentu saja nggak semua menunya bisa saya makan. Harus pilih pilih dan rajin tanya. Pakai babi nggak, pakai alkohol atau enggak. Untungnya setiap hari pasti ada tiga jenis makanan, berbabi, non babi, dan vegetarian. Jadi saya selalu bisa makan. Macam makanan yang disajikan juga biasanya ada tiga : Asia, Jerman, dan Eropa (biasanya Italia). Jadi kadang saya bisa icip icip juga makanan khas Jerman kalau kebetulan sedang tidak berbabi dan berwein. Tapi seringnya sih saya makan pasta atau makanan asia. Masalahnya orang Jerman ini kalau masak makanan Asia suka sesukanya sendiri. Untuk orang Asia seperti saya tentu saja jadi hal yang lucu. Misalnya suatu kali mereka bikin masakan yang dikasih judul Malaysian Curry tapi sayurnya tauge, kacang kapri, dan nanas. Kuahnya santen dan sereh terus dikasih udang yang dimasak terpisah. Udangnya cuma dikasih satu biji pulak karena mahal. Bumbu karenya nggak ada sama sekali - -"
Si Kare Bermasalah |
Ini pada belajar masak di Asia belah mana sih? :)))
Udah gitu kalau masak ikan selalu ditepungin terus digoreng. Kalau menurut teman saya yang orang Afrika nicht richtiges Fisch. Ikan boongan. Hahaha! Maklumlah ya di Jerman pantainya cuma seemprit di utara, jadi orang sini nggak biasa makan ikan. Tapi atulah, belajar kek dari youtube - -"
Si Ikan Bermasalah |
Nah itulah cerita tentang kerja part time saya. Lumayan buat tambah pengalaman dan tentu saja penghasilan. Paling enggak sekarang kalau saya ngajak liburan dan suami saya nggak mau dengan alasan nggak ada uangnya, saya bisa bilang "Doch, I pay!", terus saya beli deh tiketnya. Hahaha! Walaupun terakhirnya saya biasanya cuma beli tiket doang sih dia yang bayar lainnya. Yaaa lumayanlah ya :P
No comments:
Post a Comment